Fana, nama kota itu. disana tersimpan sebuah kisah yang indah tentang kebanggaan penduduk kota fana atas betapa indahnya kota itu. tak seperti namanya, dulunya kota ini sangat ramai dikunjungi orang banyak dan sangat dipenuhi dengan berbagai macam aktivitas. lautan yang terhampar didepannya dan kapal-kapal yang berlabuh di dermaganya menunjukkan betapa sangat aktif-nya aktivitas di tempat ini. banyak hasil lautan yang disediakan Sang Pencipta, membuat penduduk setempat menjadi penduduk yang makmur, sehat dan bahagia.
Aura spiritual sangat kuat terasa di kota fana ini, karna masih banyak-nya beragam keyakinan yang dipegang teguh para penduduknya dan itu bisa terlihat dari beberapa aktivitas ritual yang dilakukan dimana-mana tempat disudut kota fana itu. benar-benar kota yang damai dan kota yang dipenuhi dengan ketenangan.
Lala, gadis cantik di kota itu. jago menari dan pernah dinobatkan menjadi putri kota Fana. sudah pasti cantik, ramah dan disukai banyak orang. sangat berbeda dengan pria yang menjadi tetangga rumahnya. Zwan namanya. pria biasa dengan penampilan biasa, ibunya tukang dagang gado-gado plus tukang jual es asam jawa. sedangkan ayahnya hanyalah tukang parkir plus pedagang sendal jepit disekitaran jembatan. zwan sendiri putus sekolah sejak SMP. sekarang kerjanya hanyalah membantu ibu dan ayahnya sambil memandangi tetangganya yang cantik, Lala.
Zwan sering memperhatikan rumah Lala didatangi pria-pria yang ingin menjadi pacarnya. "benar-benar beruntung pria-pria itu", pikirnya. dan Zwan-pun hanya bisa memandang dari kejauhan dan sudah merasa cukup dengan itu. karna dia sadar, mana mungkin gadis secantik Lala mau dengan pria seperti dirinya. dia merasa bahagia hanya bisa memandang Lala dari kejauhan. buatnya itu cukup untuk lelaki sepertinya. "Ah, cantiknya dirimu Lala", bisik Zwan pada dirinya sendiri.
***
Lala memandang diluar jendelanya, dan dia melihat aktivtas disore hari ternyata cukup menyenangkan diluar sana. tak sengaja Lala melihat seseorang berdiri di pohon mangga yang tumbuh lebat itu, "Ah, dia Lagi... susah memang kalau sudah cantik, ada ajah yang seneng. gak peduli tampan atau tidak", pikirnya sambil tersenyum dan memandangi bayangannya di kaca jendela kamarnya.
Angin sore benar-benar membuat perasaannya menjadi lebih damai dan sinar matahari sore semakin menambah kesukaannya akan saat itu. benar-benar meringankan perasaannya yang saat ini sedang galau, perasaan galau itu muncul karna kejadian beberapa hari yang lalu. dia dilamar!!!
Rudolfo, nama lelaki itu. lelaki yang telah melamarnya. lelaki yang telah banyak memberikan bantuan kepadanya. lelaki yang selalu datang kerumahnya. dan lelaki yang baik hati, tampan dan kaya raya. semua wanita pasti sangat menginginkannya. dan semua wanita pasti iri padanya. semua orang akan mengatakan bila mereka adalah pasangan yang sempurna. perfect!!!
Tapi... Lala dilema. karna, dia hanya mencintai satu pria. Zwan!!! ya, lelaki anak pedagang gado-gado itu. yang cukup pengecut untuk menyatakan perasaannya padanya. yang selalu hadir dan memandangnya dari kejauhan. yang selalu berdiri di dekat pohon mangga dekat rumahnya. yang selalu memberikan pandangan cinta padanya.
Perasaannya benar-benar galau... dunia benar-benar tidak adil. kenapa bukan Zwan saja yang memiliki nasib seperti Rudolfo. dan kenapa dia harus mencintai Zwan. benar-benar membuatnya tertekan!. malam ini Lala harus memberikan jawaban kepada Rudolfo, karna malam ini dia akan datang kerumah.
***
Rudolfo, memandang dirinya di cermin. "Ah, tampan sekali aku. benar-benar pria idaman semua wanita. hahahhahaha", dia tertawa puas dengan bayangannya dicermin. sungguh beruntung-lah dirinya mendapatkan putri kota Fana yang cantik dan disukai banyak pria. dan sungguh beruntung-lah Lala, mendapatkan pria sempurna seperti dirinya. semua orang akan kagum padanya. semua orang akan iri padanya. dan semua orang akan mengatakan kalau mereka adalah pasangan sempurna. wow!!!
Rudolfo segera begegas kerumah Lala, sambil membawa buket bunga mawar memerah dan cincin berlian dengan desain buatannya sendiri. dia sangat yakin bila lamarannya pasti diterima dan mereka akan segera melangsungkan pernikahan yang sempurna. "Malam ini benar-benar malam yang baik", pikirnya sambil tersenyum sambil mengendari mobil Bugatti Veyron-nya yang berwarna merah menyala menuju rumah Lala.
***
Ting-tong...
Lala membuka pintu rumahnya dan melihat bunga mawar merah yang indah didepan pintunya. betapa senangnya dia. "Buatmu yang layak mendapatkannya", ucap Rudolfo sambil memberikan senyum terbaiknya. "Terimakasih, wuah... bunga yang sangat indah. kamu tau betul kalau aku sangat suka bunga ini. mari masuk... kebetulan papa dan mama lagi kerumah eyang", ujar Lala sambil mempersilahkan Rudolfo masuk.
"Udah makan...? tadi bibi masak semur jengkol ama nasi goreng pete ikan asin. enak loh... mau...?", "Ha...? tidak usah, Lala. saya sudah kenyang. lagian hari ini saya diet. untuk menjaga body saya tetap oke", tolak Rudolfo secara halus. "Kamu cantik banget hari ini, habis dari salon yah..", "oh nggak, cuma pake shampoo kok", jawab Lala sambil mengatur rambutnya kebelakang.
"mmm... bagaimana jawaban tentang lamaran saya kemaren, la...? boleh saya tau..?", "ehm.. e.. mm... begini rud. setelah aku mikirin mateng-mateng lamarannya kamu kemaren, jujur.. kamu sahabat aku yang terbaik. dan aku yakin semua wanita sangat menyukai pria seperti kamu. tapi... saat ini, rud. aku tidak bisa menerima kamu. aku minta maaf. buatku, kamu adalah sahabat yang baik. hanya itu", Lala sangat hati-hati mengatakannya agar tidak ada yang terluka. tapi ternyata, Rudolfo sangat terkejut dan kecewa dengan penolakan yang diterimanya. "Kamu serius, La..?? tidak mau sama saya...?? yakin...?? butuh waktu untuk mikir lagi, gak...?? nanti menyesal loh..", tanya rudolfo seperti percaya gak percaya dengan ucapan lala. wanita mana yang tidak mau dengannya...??? wanita itu, Lala!!
"aku benar-benar sudah memikirkannya, rud. aku harap kamu bisa menerimanya dan mengerti. aku benar-benar minta maaf, rud". "apa kamu mencintai pria lain..??", tanya-nya dengan nafas menderu. "Iya", "Siapa pria itu, apa kelebihannya dariku...? apa dia lebih baik dariku...???", hati Rudolfo menjadi panas dan marah. "Dia hanya pria biasa. dia itu Zwan, anak tetangga rumahku". "Apaaaaaa.....??? anak tukang parkiran itu...??? gak ada yang lain, apa...??? sadar, La. mungkin kamu sedang di pelet atau diguna-guna si Zwan itu. apa istimewanya dia...??", Rudolfo benar-benar tidak bisa menahan amarah dan emosinya. dia tidak bisa menerima kenyataan bila Lala lebih memilih anak si tukang gado-gado itu daripada dia si Pria sempurna.
"Dia tidak sempurna seperti kamu, rud. tapi dia sangat baik dan sudah lama aku menyukainya. kumohon kamu bisa mengerti aku, rud". "Tidaakk... tak seorangpun bisa memilikimu selain aku, apalagi anak tukang gado-gado itu, tidak. tidak boleh. kamu hanya milikku", Amarah dan emosi yang menguasai rudolfo membuat Lala ketakutan. sorot mata Rudolfo benar-benar menakutkan. rudolfo kehilangan pengendalian dirinya, dan tanpa sadar mengambil panci tebal disebalahnya dan memukul kepala Lala. "Pranng......", "buukkk", Lala jatuh dan tidak terbangun lagi...
***
Kota Fana, yang tenang dan damai akhir-akhir ini tidak bisa menikmati ketenangannya lagi. pasalnya, akhir-akhir ini masyarakat dibuat heboh dengan berita tak sedap. munculnya sosok gaib yang berkeliaran di setiap kota. entah apa yang dilakukannya, tapi kehadirannya benar-benar meresahkan penduduk kota. khususnya dimalam hari. ya, munculnya fenomena P*c*ng!!! yang ajaibnya, kehadirannya tidak seperti pendahulunya yang melompat-lompat. tapi P*c*ng ini ngesot...!!!
Bermula dari tukang cuci dikali. tidak biasanya, kali ini dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya, mendadak ingin mencuci baju dikali belakang rumahnya saat hari masih pukul 04.oo wib. pasalnya, dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya pagi ini harus kejakarta untuk beli tiket konser Justin Bieber. karna itu, dia harus menyelesaikan pekerjaannya lebih subuh.
Saat mencuci baju-baju kotor, dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya memasang lagu-lagu kesukaannya. mulai dari Rihanna, Beyonce, Justin Bieber (Pastinya, kan mau ngantri beli tiket. *apa hubungannya, coba..???), hingga lagunya inul. MP5-nya selalu menemaninya kemanapun dia pergi (Loh, kok kita ngomongin dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya sih... kembali ke topik awaL. Fokus!!! Penulisnya gak jelas nih...). tiba-tiba dia mendengar sesuatu disebelahnya. semula dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya mengira kalau itu hanya suara hewan yang suka muncul dimalam hari, seperti Babi ngepet, Alien, dll. ternyata dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya tidak melihat satu hewanpun. hanya suara alir yang mengalir, musik, dan lampu teplok yang menemaninya.
"srrtt...", suara itu muncul lagi. dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya mematikan MP5-nya untuk sementara, dan dia melihat disekeliling sekali lagi. tapi tidak ada apa-apa. tapi, "tunggu dulu... apa itu?", tanyanya pada diri sendiri. sesuatu bergerak dari balik pohon bambu (Yang entah kenapa tiba-tiba hadir disana. *Suka-suka penulisnya-Lah...). semula dia berfikir kalau itu adalah uLar. tapi makin dekat semakin membuktikan kalau dugaannya salah. itu bukan uLar. itu sepertinya manusia. "tapi kenapa jalannya ngesot yah", tanya-nya [lagi] pada dirinya yang hanya sendiri disana. "Siapa itu...??? mau nyuci juga yah...", tanya dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya. "Iya...", jawab seseorang itu sambil tetep maju dengan ber-ngesot-ria. "Ya udah, kesini ajah gabung. lumayan aku ada temennya, tapi kamu kok ngesot sih... gak capek apa jalannya gitu...???", tanya dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya sambil mulai menghidupkan kembali MP5-nya dan mulai mencuci kembali. "Saya gak bisa jalan... bagi tissue dooonnggg...", ucap seseorang itu dan berhenti ngesot dengan jarak hanya 3cm dari arah si dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya. "Apa...? tissue... aku gak bawa. nih, pake air kali ini ajah bersihinnya, lebih bersih. eh, btw. baju kotor kamu mana...???", dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya mulai curiga dengan calon-teman-barunya-itu. "Kamu ngelindur yah tidurnya, ini masih jam 04.00 wib kurang lebih. jangan-jangan kamu lagi mimpi nyuci baju kekali yah...","Bukaaaannnnnn.... saya memang sedang mau nyuci kain putih saayaaaaa...", jawab seseorang itu dengan nada lirih dan sangat pelan. "Kamu namanya siapa...?? sepertinya aku gak pernah lihat...?? anak baru yah", tanya si dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya sambil nyuci [lagi, ya iyalah... memangnya mau ngapain lagi...]. "Saya P*c*ng...", "siapa...???","P*c*ng...","apa... kamu P*c*ng...??? Yang suka diputer di bioskop-bioskop Indonesia itu...???","Iyaaa...", Jawab mahluk gaib itu. "Wuaaaa... hantttuuuuuu....", dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya lari tunggang-langgang dengan meninggalkan semuanya termasuk MP-5nya.
dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya sampai kerumahnya dengan ketakutan dan menceritakan kejdian yang dialaminya kepada semua orang dan tak lupa diakhir cerita, dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya mengatakan,"Gara-gara P*c*ng itu, saya gak jadi ke jakarta beli tiket-nya Justin Bieber. saya jadi trauma mencuci dikali itu jam 4.00 wib. besok-besok saya nyucinya sekitaran jam 5.00 wib saja. takut saya. gak lagi-lagi deh mau ketemu ama P*c*ong ngesot itu".
Ternyata, apa yang dialami dia-yang-Tidak ingin-disebutkan-namanya tidak berlangsung lama. hampir tiap hari entah itu malam atau subuh beberapa warga [yang kepanjangan kalau ditulis disini..] juga mengalaminya. ada yang dikali, dikamar mandi, dirumah, di kamar sendiri, hingga di kuburan [ngapain juga kekuburan malam-malam...?? ada-ada ajah...]. dan itu benar-benar menggegerkan kota Fana yang katanya terkenal dengan ketenangan dan kedamainnya.
Dimana-mana masyarakat tak ada yang berani jalan sendiri. yang pacaran berpegangan tangan, yang sodaraan berpegangan tangan, yang sejenis dilarang berpegangan tangan [bukan muhrim-nya]. karna ketakutan yang menguasai kota itu, Tak butuh waktu lama, ke-eksis-an para dukun-pun kembali mencuat. mulai maraknya warga memperbincangkan dukun mana yang lebih hebat.
Walikota kota Fana memanggil para kepala RT/RW untuk mendiskusikan fenomena yang telah terjadi dikota mereka yang tercinta akhir-akhir ini. "Bagaimana ini, apa yang sebenarnya yang telah terjadi dikota ini. dan kenapa kalian sebagai RT/RW tidak sigap mengatasi kehadiran imigran gelap ini. masa satu P*c*ong saja tidak bisa dibereskan secepatnya...?? biLa ini berlangsung lama, ini bisa merusak ekosistem negara kita dan bisa melumpuhkan perekonomian kota kita sampai batas waktu yang tidak dapat diperkirakan.", ujar Pak walikota dengan semangat '45. "Lalu apa yang harus kita lakukan, pak walikota...??", ketua RW 09 bertanya dengan nada yang ragu-ragu.
"Kita harus membuat divisi baru, dan merekrut staff-staff ahli yang expert dibidangnya dan telah memiliki pengalaman yang canggih. dari sekarang, tugas kalian adalah merekrut dukun-dukun yang ahli dibidangnya, jangan yang fresh graduate. pastikan mereka yang memiliki pengalaman dibidangnya minimal 5 tahun, berpenampilan menarik, mampu berbahasa mandarin minimal pasif, mempunyai sim A, menyertakan SKCK, dan surat kesehatan mata dan jantung...", ujar pak walikota dengan wajah yang ke-walikota-an. "Lalu apa nama divisi ini nantinya, pak...???","Divisi ini kita beri nama, PLanet 51", ujar pak walikota dan mengakhiri pertemuan mereka.
***
Ki Soto Sulung. dari sekian banyaknya penerimaan calon pegawai pLanet 51, hanya dia seorang yang diterima. kali ini, tugas yang diembannya sungguh-lah berat. lebih berat dari kondisi perasaan Presiden M. al-Qadhafi saat ini. satu-satunya yang harus dilakukannya adalah mencaritahu dahulu siapakah sebenarnya sosok dibalik P*c*ng ini, apa tujuannya, dan kenapa harus dikota Fana ini munculnya. "Ini harus disiasati", pikirnya tanpa membuang waktu banyak.
Setelah melakukan investigasi yang cukup banyak terhadap korban-korbannya, dan turut serta berpartisipasi membuka stand "Membaca garis tangan" disebuah pameran. akhirnya Ki Soto Sulung, menemukan solusinya,"Saya harus mengembalikan P*c*ng ke habitat sebelumnya. dia harus kembali bisa melompat, bukan ngesot". setelah itu dimulailah perburuannya.
***
P*c*ong yang duduk sendiri di sudut kafe-tak-bernama-itu, mulai memandangi orang-orang yang hilir-mudik. "Haahh.. gak ada yang menarik. gak ada yang tampan. tempat ini membosankan. terlalu banyak orang", ucapnya pada diri sendiri [ceritanya dia gak bisa diliat orang,,, *Yah... ketahuan deh, P*c*ng-nya perempuan]. "Mau maen di tempat lain ajah, ah. wuah... Grand Indonesia sepertinya seru tuh. kesana ajah ah...", Sambil ngesot P*c*ong-pun mulai meninggalkan kafe-tak-bernama-itu. "Yahh... disini mahal-mahal, aku-nya gak punya duit lagi. haahhh... utang ama T*y*l kemaren ajah belum lunas. huffhhtt... apa aku pergi ke hutan ajah yah, aahh... tapi ntar ketemu ama Dian-cinta-sastrow lagi disana. masa aku kembali kekuburan lagi...??? bosaaannn...", P*c*ong uring-uring-an.
"Aha... aku maen ke kota Fana ajah ah, disana lebih seru... horeeee... akhirnya ada tempat yang mau aku samperin... yiippppiieee...", P*c*ong-pun menari-nari dibalik kain yang membungkusnya. sambil ngesot dia-pun meluncur ke TKP, eh... ke kota Fana.
***
"Berhenti...".
P*c*ong terkaget [kok bisa...???], P*c*ong-pun menoleh kebelakang dan melihat seseorang berdiri disana mencoba untuk menghentikan perjalanannya. wajahnya tak begitu jelas, dan yang terlihat hanyalah sepotong siluet tubuh pria dengan latar belakang matahari. "Silau, men...", kata P*c*ng sambil menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri dan kanan. "Berhenti kataku hei kamu arwah gentayangan. atau kamu akan kukutuk jadi P*c*ng", kata seseorang itu.
"Ya ampun, mas. saya udah jadi P*c*ng kaleee... gak usah dikutuk segala. oh iya, kok bisa melihat saya, anda siapa...???", tanya P*c*ng dengan posisi kali ini bersandar dipohon mangga [yang entah kenapa tiba-tiba ada disana]. "Oh iya, bener juga. kenalkan, nama saya Ki Soto Sulung. saya diutus untuk bernegosiasi dengan situ. katanya situ suka ganggu-ganggu masyarakat kota Fana. situ sebenarnya namanya siapa...??", "Haahh... kata siapa saya mengganggu...??? enak ajah...!!! orang saya maen kok ama mereka. dengerin nih mas yah, penduduk sini tuh ramah-ramah makanya saya seneng maen kesini. buktinya, setiap saya samperin, mereka selalu bersemangat dan berteriak seperti lagi nonton bola dunia. akukan jadi seneng", ujar P*c*ng dengan membela diri. "Kalau gitu saya beritahu ajah, kehadiran kamu di kota ini sebenarnya sangat mengganggu masyarakat. kehadirannya kamu bikin masyarakat resah. karna itu saya sebagai utusan dari masyarakat kota Fana meminta kamu secara hormat untuk sudi mengangkat kaki dari kota ini. mohon pergilah dari kota ini", pinta Ki Soto Sulung dengan nada hormat. "Hiks,,, tapi saya gak punya kaki. saya sudah nge-sot dari dulu-nya. saya tidak diterima di komunitas per-P*c*ng-an. karna saya ngesot, jadi saya gak punya temen. satu-satu-nya yang mau nerima saya cuma disini. wuaaa.... tolong jangan usir saya", P*c*ng-pun menangis meraung-raung dan efeknya semakin menambah kejelekan wajahnya yang tadinya sudah jelek.
"Tenang, saya ada solusinya. berhubung saya sudah memikirkannya sampai kesana. saya ada ide buat eneng. saya sudah belikan eneng kursi roda. asli buatan Gucci. cuma satu sedunia. bahannya asli dari kulit dan mas putih, ada taburan berliannya lagi. dijamin eneng pasti suka deh. trus, dipinggirannya ada tombol-nya plus ada layar sentuh. jadi eneng bisa mencet-mencet dan kursinya bisa jalan otomatis. nah, kalo layarnya bisa jadi spion. kerenkan...??? mahal loh ini neng. tapi demi eneng, saya kasih gratis. asal tidak menginjakkan kaki alias tidak mampir lagi ke kota Fana ini. bagaimana...??", tawarannya Ki Soto Sulung ternyata benar-benar ampuh. garis kebahagiaan terpancar dari wajah P*c*ng [walaupun agak sulit terdeteksi].
"Benarkah ini buat saya...???", "iya...", "serius...??? gratis...???","iya...", jawab Ki Soto Sulung dengan sabar. Lalu air mata-pun menetes dari wajah P*c*ng. "Terimakasih, Ki Soto Sulung. kamu baik sekali. saya terima kursi roda ini sebagai kebaikan anda. dengan ini saya sah-kan, bahwa saya tidak akan mendatangi kota Fana ini lagi. saya bahagia... terimakasih ya Alloh, akhirnya doa saya dikabulkan. saya tidak ngesot lagi, tapi sekarang sudah punya kursi roda limited edition. uhuuuyyy... senangnya...".
***
Zwan. saLah satu penduduk kota Fana, anak si penjual gado-gado hari ini tampak sedih. pasalnya saat ini dia sedang menghadiri pesta pernikahannya Lala, wanita yang disukainya yang hanya bisa dipandangnya dari kejauhan. disana bersanding dengannya seorang pria tampan, yang kata kartu undangannya bernama Rudolfo. entah apa yang sebenarnya terjadi. tapi sehari setelah Lala pulang dari Rumah Sakit, dia tidak ingat apa-apa. kata pembantunya kalau Lala terkena penyakit hilang ingatan selamanya, akibat benturan yang terjadi di kepalanya beberapa hari yang lalu.
Betapa beruntungnya rudolfo itu, mendapatkan wanita yang cantik. benar-benar pasangan yang sempurna, dengan pernikahan yang sempurna. Zwan hanya bisa memandang pengantin yang berbahagia itu dari kejauhan, dan kemudian pergi ke arah tempat makanan khusus tamu. rantang yang dibawanya dari tadi kemudian dibuka, ternyata rantang itu kosong. pelan-pelan, Zwan memasukkan makanan yang menurutnya enak-enak untuk dibawanya buat ayah dan ibunya. selesai mengambil makanan, Zwan memandang ke arah pengantin itu sekali lagi lalu diapun pergi tanpa menoleh lagi.
*** T A M A T ***