Minggu, 25 April 2010

Sad story!!! Part 3

Dora tidak tahu harus berbuat apa terhadap keluarganya, dan hari sudah subuh. Setelah menerima telfon dari sang ibu, sempat Dora berfikir untuk keluar jalan-jalan mencari udara segar, tapi baaru tersadar bila hari masih gelap, dan tanpa sadar Dora mengirim sms kepada "Mumu", seseorang yang paling dekat padanya. Mumu ternyata belum tidur, dan langsung saja menelfon Dora:"Ada apa Dora, kenapa nangis. cerita Dora!". tapi sayang, Dora belum siap untuk menceritakan apa yang terjadi, dan dia hanya mengatakan bahwa tidak ada apa-apa. lalu Mumu-pun mengakhiri telfon.

Keesokan harinya, saat Dora dan Mumu sedang main ke sebuah Mall tiba-tiba ayahnya menelfon, Dora kaget dan cemas apa yang akan dikatakan sang ayah nanti. dan benar saja ayahnya lalu membenarkan semua perkataan sang ibu, tetapi kali ini sang ayah mengatakan apakah Dora mau ikut ayah atau ibu,"Kenapa ayah hanya mengajak aku dan septa, kenapa tidak mengajak yang lain juga? apakah aku harus ikut ayah atau ibu, apakah harus memilih mereka? apakah tidak bisa tidak memilih mereka berdua?" Pertanyaan dalam benak Dora semakin banyak dan bercampur aduk dalam perasaannya.

"Ayah kenapa tidak bicara dulu dengan kami dan ibu, sadar ayah... kalian berdua sudah tua, dan sudah seharusnya memberi contoh pada yang lain" kata Dora, ayah hanya bilang,"kalau kamu gak mau ikut gak apa-apa, ayah hanya mengajak sekali" setelah itu ayah menutup telfonnya. Dora hanya terdiam dan seperti ada lubang hitam didalam hatinya, dan seperti ada yang hancur dalam dirinya, tapi anehnya Dora tidak menangis dan tidak juga histeris. Dora merasa sepertinya itu hanya lelucon dan permainan dari kedua orangtuanya. Dora hanya bisa menatap nanar kesekeliling, diantara keramaian Mall Dora merasa sendiri dan pandangnnya seperti berputar-putar. sampai akhirnya Dora mual dan mau muntah. untung saja sudah keluar dari Mall tersebut dengan Mumu, kalau tidak bisa dibayangkan betapa malunya bila semua itu terjadi.

Dora tetap tidak menceritakan apapun pada Mumu dan Mumu-pun sepertinya tidak menyadari itu sehingga mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja Mumu sepertinya merasakan perubahan terhadap Dora dan merasa Dora sudah bukan lagi seperti Dora yang dia kenal dulu. itu disadari Dora setelah beberapa saat kemudian atau memang ini hanya pemikiran Dora sesaat. Dirumah Mumu tanpa sadar Dora bertanya pada Mumu,"Abang, kalau ada yang mau cerai. apakah harta gono gini-nya dibagi dua? trus kalau ternyata si ayah sudah menjual semua harta dan barang-barangnya tanpa sepengetahuan istri dan tidak menyisakan sedikitpun kepada istri dan anaknya, apa yang terjadi nanti apakah bisa dituntut di pengadilan? dan apakah anak bisa memilih untuk tidak memilih keduanya? atau apakah egois kalau ayah meminta anaknya harus ikut dia? atau bagaimana dengan nasib ibu dan anaknya karna semua keluarga dari pihak ayahnya tiba-tiba berpaling dari ibu dan anaknya?".

Mumu memandang Dora dan bertanya,"Dirumah ada apa Dora? keluarga siapa yang kamu tanya itu Dora? cerita Dora". Dora hanya bisa diam dan berusaha menutupinya dengan tetap menyeduh teh yang ada didepannya. Dora tidak tahu harus memulai darimana dan apa yang diceritakan, karna dia sendiripun maasih merasa bahwa itu semua hanya mimpi buruk dan sepertinya itu tidak benar-benar terjadi. tapi Mumu menyadari ada yang aneh dengan memandang Dora dari balik cermin,"Dora, Ibu dan Ayah mau cerai?" Mumu tanpa basa-basi langsung bertanya. Dora tetap diam dan hanya bisa menangis. "pertama-tama memang akan sangat berat sekali menghadapinya Dora, tapi pelan-pelan semua akan berlalu" kata Mumu dengan bijak. Dora hanya tetap diam dan diam. "Trus siapa Dora, cerita Dora. Saya masih abang kamu gak, percaya sama saya gak. kalo gitu cerita Dora" kata Mumu. "Maaf abang, bukannya tidak percaya, hanya saja bingung mau bilang apa, nanti saja abang" Dora hanya bisa berkata seperti itu sambil menghapus airmatanya.

Esoknya, Mumu ke Jakarta karna ayahnya mau pulang ke padang. Dora sendirian dan mulai berfikir apa yang harus dilakukannya, tiba-tiba kakaknya Ana, nelfon,"Dor, aku jadi tidak mau menikah. ayah dan ibu aja bisa cerai, apalagi aku. sepertinya aku gak akan nikah dengan abang itu, keputusanku sudah bulat. aku malu kalau nanti keluarga pihak laki-laki akan mengetahui kondisi dirumah dan akhirnya menyepelekan keluarga kita". "Serius Ana, kok tiba-tiba jadi seperti ini sih?" tanya Dora dengan kaget. "Aku juga sudah bulat keputusanku, biarlah aku disini membantu ibu dan menjaga ibu" kata Ana. Dora hanya bisa tercengang dengan semua kondisi yang terjadi.

Selang berapa lama, ibunya menelfon,"Dora, ibu sudah ikhlas dengan semua keadaan ini. kemarin ibu udah ngomong dengan ayahmu, kalau memang ini sudah keputusan ayahmu biarlah... ibu rela, asal dia bahagia. sekarang ibu sedang memberesi barang-barang dan mau pindah rumah karna rumah yang sekarang ditempati sudah dijual ayahmu". "Oh begitu, ya udah ibu yang kuat dan tangguh yah. yang batuin siapa? trus mau pindahnya dimana?" Tanya Dora. "Dideket rumah abangmu, jadi aku sama adik-adikmu rencananya pindah deket abangmu dan memulai usaha baru disana, ibu rencananya gak akan jualan di pasar lagi. ibu mau buka restoran ajah" kata ibu dengan kali ini lebih tenang dan sabar menghadapi cobaan ini.

Clara menelfon tidak lama setelah dengan ibunya nelfon. "Kak, lagi dimana? aku ganggu gak? aku mau nikah bulan Desember, tapi tidak ada pesta-pestaan" Clara tanpa basa-basi mengutarakan niatnya, "Oh yah baguslah. tapi kamu udah ngomong ama ibu?" tanya Dora untuk memastikan. "Udah!". "Eh Clara, kamu coba nelfon ibu deh sekarang, kira-kira ibu ada cerita sesuatu gak ama kamu" Kata Dora, sambil khawatir menyampaikan keadaan ibu dan ayahnya."Emang ada apa kak?" tanya Clara curiga, "Oh gak ada apa-apa. emang salah kalau nelfon ama ibunya" kata Dora nge-les. "Oh, oke. aku telfon sekarang ajah yah" Clara-pun mengakhiri pembicaraan dengan Dora.

Gacok, Lamhot, sampai sekarang belum mengetahui kondisi ayah ibu-nya dan memang rencananya memang tidak akan diberitahu sampai tiba waktunya. perpisahan mungkin menyakitkan, tapi mungkin saja itu adalah jalan untuk menuju kebahagiaan yang lain. hmmm... sampai saat ini, cerita ini akan tetap bersambung sampai ada-nya keadaan yang berubah menjadi baik.

Bagaimana keadaan selanjutnya...??? Penulis masih menunggu alur cerita selanjutnya seperti apa, dan mencoba menunggu akan menjadi seperti apa ayah, ibu, Ana, Dora, Clara, Septa, Gacok, Lamhot, Putra, Putri, dan Hendri. Lalu akan seperti apa hubungan Ana dengan calon suaminya ataukah akan ada perubahan pada Ana tentang pernikahan yang dibatalkannya. ini masih awalnya...

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates